Skip to main content

Posts

Meramu Pupuk Majemuk NPK Sendiri

MERAMU PUPUK MAJEMUK NPK SENDIRI oleh: Bernard T.F Pangaribuan*) Menyiasati mahalnya harga pupuk kimia (anorganik) akhir-akhir ini, mendorong para pelaku usaha di bidang pertanian dan perkebunan memutar otak untuk mencari alternatif lain guna menekan biaya produksi yang semakin tak terjangkau apalagi bagi para pelaku tradisional yang hanya mengandalkan pembiayaan secara konvensional. Beragam alternatif pupuk-pupuk organik ditawarkan ke pasar seperti kompos dan berbagai macam pupuk organik cair lainnya. Pada dasarnya pemanfaatan pupuk organik dalam jangka panjang akan sangat menguntungkan karena selain terhindar dari ancaman kontaminasi zat kimia, kegemburan dan kesuburan tanahpun dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang lama. Namun disisi lain, pengaplikasian pupuk organik tidak secepat pupuk anorganik dalam memberikan hasil. Bagi pelaku usaha yang ingin memperoleh hasil yang lebih cepat dan banyak pastilah lebih memilih pupuk kimia daripada pupuk organik. Namun pemakain pupu
Recent posts

Kota Medan Butuh Sedikitnya 780.000 Pohon

KOTA MEDAN BUTUH SEDIKITNYA 780.000 POHON oleh: Bernard T.F Pangaribuan*) Dalam rangka menyambut hari Tanam Pohon Indonesia yang telah ditetapkan oleh Bapak Presiden SBY pada setiap tanggal tanggal 28 nopember, merupakan momen yang tepat untuk kita merenung sejenak bersama tentang kondisi kota Medan saat ini. Pesatnya laju pembangunan sarana dan prasarana fisik di wilayah kota Medan dan sekitarnya telah berdampak pada berkurangnya populasi tegakan pohon, baik yang berada di ruang-ruang terbuka publik, maupun yang berada di ruang-ruang milik privat. Pada sisi lain kegiatan-kegiatan industri, transportasi, konstruksi, perdagangan, pusat-pusat perkantoran dan aktivitas rumah tangga berkembang demikian pesat, dengan dampaknya ialah akumulasi aneka jenis polutan di lingkungan kota, termasuk di udara, frekuensi dan potensi terjadinya banjir akibat semakin menyusutnya wilayah-wilayah resapan air. Kedua fenomena ini pada akhirnya mengakibatkan penurunan kualitas udara, dan mengurangi ti

Kera Kere Alias Gelandangan!

KERA KERE ALIAS GELANDANGAN! oleh: Bernard T.F Pangaribuan*) Bila Anda pernah melintas di jalan raya menuju kota wisata kebanggaan (?) masyarakat kabupaten Simalungun Parapat/Danau Toba, tentunya pandangan mata Anda tidak akan alpa melihat kelompok-kelompok kera/monyet yang berpose di tepi badan jalan. Apakah hanya sekedar ingin turut merasakan kemajauan jaman? Atau hanya sekedar menghangatkan badan untuk mengusir dinginnya udara tadi malam? Atau malah ingin berdemo menuntut hak dan jatah sebagai penguasa kawasan? Sepintas, keberadaan mereka wajar-wajar saja dan malah menambah hiburan (eye-catching) bagi pelintas (kendaraan bermotor dan bermobil) yang lewat. Sayang, kita tidak dapat berkomunikasi langsung dengan ”kerabat dekat” itu untuk memperoleh jawaban sebenarnya. Namun, lihatlah wajah-wajah memelas dan menyentuh hati mengharapkan belas kasihan manusia-manusia yang lewat untuk sekedar sesuap kacang atau apapun yang dengan sukarela mereka lemparkan diiringi senyuman dan cek